Kisah Anak Berumur 6 Tahun Yang Merawat Ibu, Kakak dan Adiknya

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan di dunia ini.  Manusia memiliki akal, pikiran serta nafsu yang menjadi dasar manusia dalam melakukan sesuatu.  Maka dari itu, manusia yang juga merupakan makhluk sosial pasti memiliki tanggung jawab yang memang sudah menjadi kodrat yang dimiliki setiap manusia.
Tanggung jawab atas setiap apa yang dilakukannya. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.  Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran dan kewajibannya akan tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja karena adanya kesadaran atas segala perbuatan dan akibatnya atas kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab timbul karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam yang mengharuskan untuk tidak berbuat semaunya agar terciptanya suatu keselarasan,keseimbangan, keserasian antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.
Tanggung jawab dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti :
-          Tanggung jawab terhadap diri sendiri
-          Tanggung jawab terhadap keluarga
-          Tanggung jawab terhadap masyarakat
-          Tanggung jawab terhadap bangsa/negara
-          Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tanggung jawab memang sudah menjadi kodrat yang dimiliki manusia sejak ia lahir ke dunia. Terbukti dengan adanya kisah Ali, seorang anak 6 tahun yang harus bertanggung jawab penuh untuk menghidupi ibu, kakak serta adiknya.
Apa yang biasa dilakukan anak di usia 6 tahun? Belajar dan bermain tentunya. Tapi tidak dengan Ali, bocah 6 tahun, di Desa Batetangga, Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat ini. Setiap pagi ia harus bangun dan bekerja menjadi kuli petik buah untuk menghidupi keluarganya.
Dengan tas kecilnya, Ali menuju kebun tetangga membantu memanen buah langsat. Ia membantu memunguti buah langsat dan merapikannya di keranjang. Untuk kerja keras ini Ali mendapat upah Rp 10 ribu hingga 20 ribu per hari.
Sebagai tulang punggung keluarga, setiap hari Ali membantu ibunya memasak. Sang ibu sudah tidak bisa lagi melihat dan mendengar. Karena itu, Ali pula yang harus mengurus kakaknya yang mengalami keterbelakangan mental serta adiknya yang berusia 3 tahun.
Dengan penuh tanggung jawab, Ali menyuapi kakak dan adiknya secara bergantian. Di usianya yang masih sangat belia ini, Ali harus menjadi tulang punggung keluarga setelah sang ayah meninggal dunia.
Kesibukannya menjadi tumpuan keluarga ini tak membuat Ali putus asa untuk belajar di sekolah.  Selain tanggung jawabnya terhadap keluarga, ia tak serta melupakan tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri yaitu dengan tetap bersekolah. Ali berangkat ke sekolah usai membantu ibu melakukan pekerjaan rumah. Ia tetap giat dan bersemangat belajar demi masa depan lebih baik.
Sastrawati, salah satu guru Ali di sekolah, memaklumi jika muridnya itu kerap terlambat sekolah. Di sekolah, Ali dikenal sebagai murid yang rajin, bersemangat belajar, dan tidak pernah mengeluh.
"Sebenarnya anak ini rajin. Namun ia sering terlambat ke sekolah karena membantu ibunya dulu di rumah. Kita mengetahui kondisi ibunya sudah tak bisa melihat dan tuli. Jadi dia bantu ibunya memasak dulu di rumah," kata Sastrawati.
Kisah Ali ini mengajarkan pada kita semua bahwa hidup harus dijalani dengan sebaik-baiknya tanpa mengeluh dan putus asa. Ali membantu ibunya dan mengurus kakak-adiknya dengan penuh kasih sayang. Serta tetap bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang sudah menjadi kewajibannya sebagai manusia makhluk sosial yang bermoral.


Komentar

Postingan Populer