Mengenal Tari Gandrung
A. LATAR BELAKANG
Kata Gandrung diartikan sebagai terpesonanya
masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa
kesejahteraan bagi masyarakat. Kesenian
gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut:
Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang
memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah
berupa beras yang mereka membawanya didalam sebuah kantong. (Gandroeng Van
Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya
ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut
laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang
ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun
demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar
tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk
transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki
baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya,
yakni Marsan.Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan
untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat,
berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.Tradisi gandrung yang dilakukan
Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama
depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang
di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung
hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun
sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung
yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian
di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad
ke-20.
B. FUNGSI
untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi
upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker. Tetapi
dalam sejarahnya Tari Gandrung juga adalah sebuah kesenian yang berfungsi
sebagai alat perjuangan melawan Belanda. Analisanya begini; setelah Perang
Puputan Bayu pada tahun 1771-1772 rakyat Blambangan yang hampir habis dan
sisanya tinggal memencar dalam kelompok-kelompok kecil di pedalaman hutan, maka
untuk konsolidasi perjuangan dan membangkitkan lagi semangat juang lahirlah
kesenian gandrung yang berkeliling menghubungi sisa-sisa pejuang yang terpencar
tadi. Kesimpulan ini berdasarkan tulisan John Scholte dalam Gandroeng van
Banjoewangi tahun 1926.
C. PERAN TARI
jika acara mengundang Gandrung itu dalam rangka pesta
perkawinan, yang menerima sampur untuk yang pertama kalinya adalah pengantin
pria sebagai penghormatan atau tuan rumah yang punya hajat. Biasanya oleh
pengantin pria atau oleh tuan rumah diwakilkan pada orang lain. Tetapi jika
pengantin pria bersedia menari, hanya sekadar formalitas yang dilakukan
sebentar, kemudian kembali ke pelaminan yang diantar oleh gedog.
D. NILAI
Tari Gandrung ini melambangkan terpesonanya masyarakat
Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai
Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Serta mengandung Nilai
keindahan, Nilai ekstrinsik, dan Nilai
Intrinsik dintaranya:
1. Manusia dan Keindahan
Keindahan yang dimaksud adalah
keindahan dari gerakan tari Gandrung itu sendiri. Selain itu ada juga keindahan
pada nyanyian dan alat music pengiring tari Gandrung yang kesemuanya itu
menimbulkan suara yang khas.Begitu juga dalam hidup ini ketika kita bisa
berjalan seirama dalam memanfaatkan potensi diri maka akan menimbulkan kekuatan
yang luarbiasa.
2. Manusia Dan Tanggung Jawab
Unsur tanggung jawab yang ada
pada tari Gandrung ini adalah kita sebagai generasi muda harus melestarikan
Tari Gandrung tersebut agar supaya warisan budaya ini tidak hanya tinggal nama
saja,karena banyak anak muda zaman sekarang yang tidak mau mempelajari tari
tersebut sehingga tidak terjadi regenerasi dan ditakutkan lambat laun
menyebabkan tari Gandrung akan hilang ditelan jaman.
3. Pandangan hidup
Dalam tari gandrung tersebut
pandangan hidup yang di ambil dari hidup ini begitu banyak persoalan yang
dihadapi oleh sang penari Gandrung,mulai dari pria yang tidak bermoral
yang melakukan pelecehan seksual terhadap sang penari ketika dipanggung
sampai,kehidupan rumah tangganya yang jarang ter-ekspose.
4. Manusia dan Harapan
Harapan yang di harapkan dalam
film ini adalah keinginan sang penari untuk bisa mempunyai kehidupan rumah
tangga yang harmonis dan ia ingin sekali untuk mempunyai anak walaupun belum
tercapai.
E. PENYAJIAN
Ø COSTUM : - Bagian Tubuh : Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
- Bagian Kepala : Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
- Ø Bagian Bawah : Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
- Ø Lain-lain : Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.
Ø MUSIK : Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi
terdiri dari satu buah kempul
atau gong, satu buah kluncing
(triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk.
Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak
atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas
memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung.
Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.Selain itu kadang-kadang
diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.
Ø GERAKAN :
1. Titik tumpu, pada umumnya tarian Banyuwangi,
bertitik tumpu pada berat badan terletak pada tapak kaki bagian depan (jinjid).
2. Tubuh bagian dada di dorong kedepan seperti
pada tari Bali
3. Gerak tubuh ke depan yang di sebut dengan ngangkruk
4. Gerak persendian; terbagi dalam gerak
leher, misalnya:
a) Deleg Duwur, yaitu gerakan kepala dan leher yang
digerakkan hanya leher bagian atas saja,
gerak kepala ke kiri dan ke kanan.
b)
Deleg nduwur atau dinggel,
yaitu sama dengan atas hanya saja disertai dengan tolehan.
c) Deleg manthuk, yakni gerakan kepala
mengangguk.
d) Deleg layangan, yaitu gerakan deleg
duwur yang di sertai dengan ayunan tubuh.
e) Deleg gulu, yaitu gerakan kepala ke kiri dan ke kanan.
* Di samping itu masih
ada lagi gerak persendian bahu. Gerakan ini dalam tari gandrung terdiri dari:
a. Jingket, gerakan bahu yang di gerakan ke atas kebawah
atau ke samping.
b. Egol pantat yang lombo
dan kerep, yakni gerakan pantat ke kanan ke kiri
mengikuti iringan musik gendang.
* Sikap dan gerak jari,
gerakan ini ada 3 (tiga) macam diantarannya:
1. Jejeb yaitu posisi tiga jari merapat dan telunjuk
merapat pada ibu jari.
2. Cengkah yaitu keempat jari merapat dan ibu jari tegak
kearah telapak tangan.
3. Ngeber yaitu telapak tangan terbuka, tangan lurus
sejak pangkal lengan sampai ujung jari.
* Permainan sampur,
merupakan komunikasi antara pria dan wanita. Dalam hal ini ada beberapa macam
antara lain.
1. Nantang, yaitu sampur di lempar ke arah penari pada
gong pertama dan seterusnya.
2. Ngiplas atau nolak kanan dan kiri satu persatu.
3. Ngumbul, yaitu membuang ujung sampur ke atas kedalam
atau keluar.
4. Ngebyar, yaitu kedua
ujung sampur di kibaskan arah ke dalam atau ke luar.
5. Ngiwir, yaitu ujung sampur di jipit dan di getarkan.
6. Nimpah, yaitu ujung sampur disampirkan ke lengan
kanan atau kiri pada gerakan sagah atau
ngalang.
* Sikap dan gerakan
kaki, gerakan ini antara lain.
1.
Laku nyiji
2.
Laku ngloro
3.
Langkah genjot
4.
Langkah triol atau
kerep.
· PESAN YANG INGIN DISAMPAIKAM DARI TARI TERSEBUT
- Nilai harapan Komunitas Penari berharap bahwa penari Gandrung tidak akan punah dan masih Eksis / berkembang
- Manyarakat menganggap rendah Penari gandrung tetapi anggapan itu sangatlah salah karan Penari selalu melayani tamu maupun penonton dengan penuh kesopanan dan bersikap ramah, Penari juga menari dengan penuh tanggung jawab
- Banyak nilai – nilai norma yang tidak pantas seperti berani mencium sipenari saat sedang menari
- Nilai keindahan dari tari gandrung adalah Tarian gandrung adalah tarian yang mempunyai ciri khas tersendir
- Nilai Intrinsik dari sebuah tarian Gandrung ialah pesan yang disampaikan didalam gerakan tari itu sendiri
- Nilai ekstrinsik ialah aksesoris-aksesoris yang dipakai oleh sipenari mempunyai makna tersendiri.
Daftar Pustaka
- http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi
- https://kanal3.wordpress.com/2011/12/22/mengenal-sejarah-dan-makna-filosofis-tari-gandrung-banyuwangi/
- https://jawatimuran.wordpress.com/2013/01/25/tari-gandrung-banyuwangi/
Komentar
Posting Komentar